HENTIKAN BENCANA KELAPARAN DI GAZA — SEBUAH GENOSIDA YANG DIAM-DIAM DIBIARKAN
Gaza tidak sedang menghadapi krisis kemanusiaan biasa.
Ini adalah bencana kelaparan yang disengaja.
Anak-anak wafat karena tidak ada makanan.
Ibu-ibu kehilangan tenaga untuk menyusui.
Semua ini terjadi ketika dunia memilih membisu.
Masihkah kita sanggup
berdiam diri?
144 jiwa gugur akibat
kelaparan.
88 di antaranya adalah anak-anak.
Badan Pangan Dunia
(WFP) menetapkan Gaza dalam status catastrophic hunger.
Satu dari tiga warga tidak makan selama berhari-hari.
Seluruh penduduk mengalami kerawanan pangan akut.
Ini bukan kelaparan
biasa. Ini pembantaian diam-diam.
Warga Gaza bukan hanya
dibiarkan kelaparan—
mereka diburu saat berjuang untuk bertahan hidup.
Lebih dari 1.000 truk
bantuan dihancurkan.
Warga yang antre makanan ditembaki.
Sejak Mei 2025: 1.060 tewas, 7.200 luka.
Mereka dibunuh karena
ingin makan.
Pernyataan resmi dari
pejabat Israel tidak bisa lebih jelas:
“Biarkan Gaza
kelaparan.”
Kelaparan dijadikan senjata
genosida.
Bahkan muncul laporan bahwa bantuan makanan dicampur zat narkotika.
Masihkah ini bisa
disebut perang? Atau inikah wajah nyata kekejaman?
Lebih menyakitkan lagi:
sikap rezim-rezim Arab.
Gerbang Rafah ditutup oleh Mesir—satu-satunya jalur aman untuk
menyalurkan bantuan.
Alasannya: “demi keamanan.”
Namun jalur itu dibuka khusus untuk warga AS.
Ironi yang mengoyak
nurani.
Bahkan Imam Al-Azhar
ditekan oleh pemerintah Mesir untuk mencabut kecaman terhadap Zionis.
Semua demi menjaga hubungan politik.
Padahal yang dijaga adalah kepentingan penjajah,
bukan nyawa dan darah saudara sendiri.
Sabda Nabi ﷺ:
“Bukanlah seorang
mukmin, bila ia kenyang sementara tetangganya kelaparan.” (HR. al-Hakim)
Lalu di mana iman para
pemimpin Arab?
Mereka hidup dalam kenyamanan—
sementara Gaza tercekik dalam penderitaan.
Kita tidak bisa
berharap pada PBB, AS, atau Barat.
Mereka bukan saja gagal bertindak—mereka adalah bagian dari genosida ini.
Sementara penguasa
Muslim justru sibuk berkompromi,
dan menutupi pengkhianatan dengan doa, pidato, dan retorika kosong.
Palestina tidak butuh kata-kata
indah.
Mereka butuh keberpihakan yang nyata.
Bukan dari pemimpin yang tunduk,
tapi dari sistem yang berani melawan penjajah.
Sistem Islam
satu-satunya yang memiliki keberanian itu.
Kini saatnya umat
menyadari:
Solusi sejati bukan “dua negara” yang semu,
melainkan pembebasan total melalui jihad fi sabilillah
di bawah satu kepemimpinan yang menyatukan kaum Muslimin.
Karena kita satu tubuh.
Satu luka. Satu perjuangan.
Gaza tidak menunggu
simpati kosong.
Gaza menunggu aksi dan keberpihakan.
Bukan sebagai penonton,
tetapi sebagai bagian dari kebangkitan Islam yang sebenarnya.
Masihkah kita percaya
pada dunia yang pura-pura peduli?
Ataukah kini saatnya kita bangkit… dan ambil peran?
🛑 #SaveGaza #GazaUnderSiege #FreePalestine
#HentikanGenosida #DukungPerjuanganIslam
Sumber: https://seruanmasjid.com/
Post a Comment for " HENTIKAN BENCANA KELAPARAN DI GAZA — SEBUAH GENOSIDA YANG DIAM-DIAM DIBIARKAN"